Mengenai Saya

Foto saya
Bantoel, Yogyakarta, Indonesia
Isih mudha tumaruna, dudu wong agung, amung bocah pidak pejarakan kang tansah ngudi sarira murih raharjaning urip ing donya lan akherat... Tansah kagandrung-gandrung dening seni Kabudayan mligine budaya Jawa.... Durung nambut silaning akrama opomeneh peputra (cen durung wayahe)... Yen ana sing tertarik, kenalan ya gelem.... ha..ha..ha..ha..ha..ha..

Kamis, 27 Desember 2012

Sri Krishna dalam Jawa

Sri Krishna atau Prabu Kresna.....
Apa yang anda pikirkan tentang tokoh ini?

Sangat dimaklumi jika tokoh yang satu ini sangat diagung-agungkan keberadaannya. Dalam kitab asli Mahabarata, Sri Krishna merupakan seorang tokoh titisan dewa Wishnu yang menjelma ke bumi pada masa sejaman dengan keberadaan Pandawa dan Kurawa.

Namun, dalam mitologi Jawa, Prabu Kresna memang diagungkan seperti yang kita ketahui dalam mitologi Hindu India, tetapi terdapat beberapa hal yang menjadikan tokok Kresna ini menjadi tokoh yang malah terkesan agak licik daripada tokoh yang terkesan agung.

Hal ini tentu saja dipengaruhi oleh keberadaan masuknya Islam di tanah Jawa dan proses akulturasi dan asimilasi yang terjadi dalam masyarakat Jawa pada waktu itu. Tanpa dilakukan pendekatan yang bernuansa budaya, mungkin perkembangan Islam di tanah Jawa tidak akan menjadi seperti yang kita ketahui saat ini. Memang sungguh luar biasa kepiawaian Sunan Kalijaga dalam memasukkan unsur Islam di dalam cerita wayang dalam rangka sebagai sarana dakwahnya.

Prabu Kresna di dalam mitologi Jawa adalah titisan dari Wisnu (sama seperti aslinya), namun Wisnu sendiri dalam pewayangan merupakan putra dari Sang Hyang Guru atau yang lebih dikenal sebagai Bathara Guru. Dalam hal ini mungkin dapat disimpulkan bahwa masyarakat saat itu menganut sistem Hindu Syiwa. Dan hal itu terbukti dalam penempatan Syiwa, yang dalam hal ini ditokohkan dengan nama Bathara Guru, sebagai raja dari semua alam raya. Namun, hal ini tidak cuma berhenti di sini saja, karena Bathara Guru adalah putra dari Sang Hyang Tunggal. Sang Hyang Tunggal adalah putra dari Sang Hyang Wenang. Dan Sang Hyang Wenang adalah cucu dari Sang Hyang Nurcahya.

Siapakah Sang Hyang Nurcahya? Dalam pewayangan Jawa, dia adalah putra kedua dari nabi Sis putra Adam. Karena saat itu nabi Sis berputra dua, yang pertama berwujud manusia biasa, dan yang kedua berwujud cahaya (nur). Putra kedua ini ingin memiliki hal yang sama seperti manusia. Untuk mencapainya maka dia melakukan suatu meditasi mencari kesejatian diri. Dan pada akhirnya dia dapat membangun suatu Istana di atas suatu gunung namun tidak menapak tanah. Istana itu katanya berwujud gaib. Istana itulah yang nantinya menjadi istana kedewataan Jonggiri Saloka.

Jadi dalam hal ini, pengaruh Islam sangat kuat terhadap mitologi kisah pewayangan yang ada di Jawa. Bathara Guru (Siwa) sendiri, digambarkan sebagai setengah manusia yang diliputi berbagai kekurangan. Baik secara fisik maupun tingkah lakunya yang terkadang cenderung salah. Sebagai contoh, secara fisik Bathara Guru banyak memiliki kekurangan, misalnya tangannya yang berjumlah empat, kakinya yang pepes (polio), lehernya berwarna nila, dan memiliki siung seperti halnya seorang raksasa.

Kembali kepada Prabu Kresna, dalam kisah pewayangan dia juga merupakan reinkarnasi dari Prabu Ramawijaya. Dalam lakon Makutharama, digabungkanlah antara cerita Ramayana dengan Mahabarata. Ramawijaya atau dalam hal ini Kresna memberikan suatu wahyu ajaran Astabrata kepada Arjuna. Untuk rincian Astabrata akan dibahas pada kesempatan lain. Dalam perjalanannya memberikan wahyu, dia juga didatangi oleh Anoman & Wibisana yang meminta kasampurnaning urip atau kematian. Dalam cerita ini juga dikisahkan ketika Wibisana belum dapat menuju surga karena mendengar tangisan saudaranya Kumbakarna yang kemudian bersatu dalam diri Bima.

Kisah perang Gojalisuta juga menunjukkan bahwa Kresna merupakan seorang orangtua yang kurang baik. Hal ini dikarenakan, sangat terlihat sekali jika dia sangat memanjakkan salah seorang putranya (Samba), sehingga tega membinasakan putranya yang lain (Bomanarakasura). Kisah perang ini terjadi karena pada saat itu Samba mengadu cinta dengan istri Bomanarakasura secara diam-diam. Mengetahui hal ini Bomanarakasura tentu saja geram dan terjadilah lakon Samba Juwing. Bomanarakasura memotong-motong badan Samba dan Kresna tidak terima akan hal ini, karena Samba adalah calon penggantinya. Setelah dia menghidupkan kembali Samba, dia berperang dengan putranya sendiri Bomanarakasura. Saat itu memang Bomanarakasura sudah menjadi raja. Dia menjadi raja atas hasil keringatnya sendiri karena dia berada jauh dengan orangtuanya yang diagung-agungkan karena titisan dewa. Namun, sepertinya Kresna tetap tidak mengindahkan kemandirian dan keuletan anak sulungnya itu. Hingga pada akhirnya negara milik Bomanarakasura hancur bersamaan dengan kematiannya.

Kehidupan asmaranya pun terlihat kurang terpuji. Hal ini dikarenakan Kresna menculik seorang putri idamannya untuk dijadikan istrinya. Terdapat dalam lakon Narayana Maling.

Sebelum perang Baratayuda, Kresna juga diceritakan sangat licik karena saat dia mengetahui isi kitab Jitabsara (jalan cerita Baratayuda), dia melihat bahwa kakaknya yang bernama Baladewa akan melawan putra Bima yang bernama Antareja. Khawatir jika kakaknya akan gugur dalam perang, maka Kresna mengelabuhi takdir itu dengan menyuruh Antareja untuk menjilat jejak kakinya sendiri. Sebenarnya Antareja sudah tahu jika ini merupakan perintah bagi Antareja untuk bunuh diri, karena Antareja adalah satria yang sangat sakti dan mewarisi kemampuan eyangnya Antaboga (dewa ular/naga) yang menjaga bumi di sapta pratala. Jika dia menjilat jejak kaki orang, maka orang itu akan mati. Dan karena ini adalah perintah, maka Antareja menjilat jejak kakinya sendiri dan mati. Baladewa kemudian disuruh Kresna untuk bertapa selama perang Baratayuda dengan alasan yang dibuat oleh Kresna sendiri. Hal ini membuktikan bahwa Kresna bersifat sangat licik.

Kresna yang ada di Jawa sangat berbeda dengan yang ada dalam kitab asli Mahabarata. Namun, itu bukanlah persoalan tetapi lebih dianggap sebagai suatu keragaman budaya. Karena budaya tidak akan melalui proses stagnasi, tetapi selalu berkembang sesuai dengan berbagai hal yang mempengaruhinya.

Ada satu keunikan yang dapat kita ambil dari hal ini. Dalam pewayangan Jawa, semua tokoh memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pandawa yang dilambangkan sebagai tokoh protagonis juga memiliki berbagai kekurangan bahkan kadang-kadang menjadi antagonis. Sedangkan Kurawa yang dilambangkan sebagai tokoh antagonis kadang-kadang juga sering menjadi protagonis dengan kelebihan dan kebaikannya. Hal ini sangat relevan dengan kehidupan manusia yang realistis.

Rabu, 26 Desember 2012

Daftar Nama Istri Arjuna yg Berputra

Daftar ini hanya berdasarkan setahu saya......
he...he...he...

Berikut infonya :

Sembadra = Abimanyu

Drestanala = Wisanggeni

Wilutama = Wilugangga

Banowati = Lesmanawati

Supraba = Prabakusuma

Ulupi = Irawan

Manuhara = Pregiwa dan Pregiwati

Antakawati = Antakadewa

Larasati = Brantalaras

Gandawati = Gandawardaya

Juwitaningrat = Senggoto

Jimambang = Kumaladewa dan Kumalasekti

Pamegatsih = Pamegatrisna

Ratri = Wijanarka

Sulastri = Sumitra


Memang lumayan banyak istri Janoko. Belum lagi istri yang tidak punya keturunan seperti Srikandi.....
ha...ha...ha..

(kalo ada salah nyuwun ngapunten)